English Village atau yang bisa disebut juga dengan english camp adalah program tahunan yang dilakukan departemen teaching and learning dari salah satu komunitas bernama English Youth Community atau yang disingkat dengan E-YouC. Dalam kegiatan ini para anggota dari komunitas tersebut akan diberikan kesempatan untuk mengajar, membagi ilmu yang mereka miliki dan menambah pengalaman. Program ini berfokus pada kegiatan belajar dan mengajar.
Program ini telah diselenggarakan di berbagai macam daerah dan berbagai macam tingkat pendidikan, salah satunya yaitu yang diselenggarakan pada tahun 2022 di SD IT Plus Qurthuba, Kec. Manggala, Makassar, Sulawesi Selatan. Kegiatan ini dilaksanakan selama dua hari, dari tanggal 28-29 October, bekerja sama dengan komite SD IT Qurtubha. Peserta yang mengikuti kegiatan ini adalah para siswa kelas 3 hingga 6 dari sekolah itu sendiri.
Fokus utama dari program ini adalah untuk belajar bahasa inggris. Para peserta dibagi menjadi 12 grup yang didampingi oleh 2 orang anggota E-YouC yang berperan sebagai tutor mereka. Karena rata-rata para tutor tersebut masih mahasiswa maka sebelum kegiatan mengajar dilakukan, para tutor diberikan arahan terlebih dahulu oleh pendamping mereka dan beberapa guru dari sekolah tersebut. Materi yang akan diajarkan pun disesuaikan dengan tingkat pendidikan peserta yaitu hanya berfokus pada kosa kata-kosa kata dasar seperti anggota tubuh, benda-benda yang ada di sekolah sayuran dan lainnya. Setelah mengajar dilakukan evalusi mengenai kegiatan mengajar tadi. Selain kegiatan mengajar ada pula kegiatan-kegiatan lainnya yang dilakukan. Beberapa kegiatan lain yang dilakukan seperti senam, shalawatan bersama, night performance dan outbound yang dilaksanakan di hari terakhir kegiatan.
Dari kegiatan ini ada hal-hal yang saya sadari, salah satunya yaitu mengajar anak pada tingkat sekolah dasar membutuhkan tenaga yang lebih jika dibandingkan dengan mengajar ditingkat SMP/MTs maupun SMA/MA. Karena anak-anak pada tingkat ini sangat aktif untuk bergerak dan mereka sangat mudah untuk kehilangan fokus selama proses belajar mengajar dikelas. Selain itu, jika tidak di ikutkan dalam proses apapun selama kegiatan PBM berlangsung maka mereka akan bosan bahkan merajuk. Pengalaman ini menjadi tantangan yang menarik untuk dilakukan. Selain dapat mengembangkan kemampuan dalam mengajar, juga dapat mengukur kekurangan yang hendaknya dapat diperbaiki kelak.
Penulis: Andi Musyahidah Mawaddah (PBI-A 2020)