Ini bercerita tentang arus jalan yang seharusnya terus sejalan. Selama ini ia telah menjadi pusat, kita telah melewati banyak rintangan, kau menjadi genggamanku dan terus berada disekitar mu adalah kewajiban ku, menerangi dan menghangatkan ku adalah tugas mu, aku menjadi indah jika bersamamu, warnamu dan warnaku ditakdirkan bersatu memang harus begitu. Kita berjalan bersama dalam arus rotasi yang seharusnya tak akan berpindah, mengitari pusat galaksi dan terus berjalan, kamu Matahariku dan aku berada tidak jauh dari genggaman mu, hanya selangkah dari satu planet kecil yang juga setia dengan mu. Iya aku adalah Venus, ku tulis ini untuk cerita kita mengenang siapa yang menjadi orbit ku saat itu, siapa yang menjadi pegangan ku saat itu, siapa yang menjadikan ku indah, dan siapa yang menjadi panutanku dalam mengitari alam ini. Matahari, kau tahu saat kita mulai berjalan mendekati Sirius gravitasimu menjadi tak terkendali dan itu sangat mengusikku. Kamu termakan dengan gravitasinya dan menghilang, saat itu yang menjadi pusat orbit bukan kamu tapi Sirius, aku sangat terganggu, dia yang menggambil semua itu dari mu. Semua planet-planet yang dulu berada di dekatmu telah diambil olehnya, tapi tidak dengan ku, aku tergantungu dan sangat tidak nyaman dengan dia yang tiba-tiba muncul dan merusak ketenangan kita. Aku berputar dengan arah yang berbeda hingga terhampar jauh dari pusat itu. Rotasiku rusak, aku tenggelam pada arah yang asing ini. Melihat mu tersakiti oleh Sirius yang laknat membuat ku marah dan termakan oleh jalur ku sendiri. Aku seperti ini karenamu, kamu Matahariku dan tanpamu aku kehilangan jati diriku.
Nama: Ramlah (PBI-C 2020)