Semarak FTK, Mahasiswi Prodi PBI FTK UINAM Ikuti Lomba Baca Puisi

  • 26 Oktober 2024
  • 02:53 WITA
  • Administrator
  • Berita

Salah satu mahasiswi Program Studi (Prodi) Pendidikan Bahasa Inggris (PBI) Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) UIN Alauddin Makassar, Aulia Cahyani Putri, mengikuti lomba baca puisi dalam rangka Semarak Tarbiyah.

Kegiatan tersebut diadakan pada hari Jumat, 25 Oktober 2024 bertempat di Ruang LT Barat FTK.

Dalam lomba tersebut, mahasiswi kelas A Angkatan 2022 tersebut membawakan sebuah puisi yang berjudul Simfoni Pendidikan yang Terluka.

Puisi yang ia buat sendiri ini menceritakan kualitas pendidikan di Indonesia yang belum merata serta ajakan untuk sama-sama memperbaiki sistem pendidikan.

Hal ini dilatarbelakangi oleh pengalamannya saat melakukan Pengabdian Masyarakat di wilayah terpencil yang ada di Sulawesi Selatan.

Ia menemukan adanya ketimpangan antara pendidikan di kota dan di daerah; oleh karena itu, ia menulis puisi yang menjadi sebuah aspirasi perbaikan Pendidikan.

Adapun puisi tersebut sebagai berikut.

 

“Simfoni Pendidikan yang Terluka”

Di antara hiruk pikuk zaman yang melesat kencang,

Terukir luka di wajah pendidikan, luka yang teramat berat.

Cita-cita mulia tersuruk di bawah bayang keserakahan,

Impian tumbang di hadapan tembok realitas yang angkuh dan keras.

 

Guru, sang pahlawan tanpa tanda jasa, kini tersungkur pilu,

Digilas roda sistem yang kian pekat dalam kelabu.

Gaji tak sepadan, harapan tak tersampaikan,

Di atas pundaknya beban menumpuk bagaikan gunung yang tak terkikis zaman.

 

Murid, tunas bangsa yang diimpikan tumbuh gemilang,

Tersandung dalam perangkap sistem yang tak memihak.

Dipaksa menelan pahitnya kurikulum yang kaku dan tak bernapas,

Dihisap oleh angka, nilai, yang seolah menelan mereka dalam ambisi tak nyata.

 

Di sekolah, tempat suci yang kini menjadi medan perang,

Di mana hanya mereka yang punya privilese bisa menang.

Kesetaraan hanyalah bayang-bayang,

Seolah pendidikan hanya milik yang beruntung dalam undian nasib dunia.

 

Namun, di balik duka yang mendera ini,

Ada api kecil yang tak kunjung padam,

Dalam semangat guru yang tetap menyala terang,

Dalam perjuangan siswa yang pantang menyerah meski arus menghadang.

 

Ada cahaya harapan, menyusup di celah-celah luka,

Dalam orang tua yang terus berkorban demi masa depan anak-anaknya.

Dalam komunitas yang mengingat bahwa pendidikan adalah hak,

Bukan barang dagangan yang hanya dinikmati mereka yang punya modal.

 

Marilah kita bersatu membangun kembali simfoni ini,

Simfoni pendidikan yang terluka namun tak pernah mati.

Kita genggam harapan, kita ikat tekad,

Membangun generasi yang cerdas, berkarakter, dan bermartabat.

 

Pendidikan bukan hanya tentang angka dan ranking,

Ia adalah cermin jiwa, penggali potensi yang tersembunyi dalam diri.

Ia adalah lahan subur tempat ide-ide bebas berkembang,

Bukan pasar komoditi yang dikendalikan oleh nilai material semata.

 

Marilah kita kobarkan kembali semangat belajar,

Bukan sekadar mengejar kertas bertinta angka.

Tapi demi jiwa-jiwa yang utuh, yang mampu menembus batas,

Berkarya untuk dunia yang lebih adil dan bijaksana.

 

Simfoni pendidikan, meski terluka, jangan berhenti bernyanyi,

Biarkan suara kita menggema di setiap ruang hati.

Bersama kita ciptakan melodi baru yang sarat makna,

Simfoni pendidikan yang bercahaya, untuk masa depan yang lebih gemilang.