Makassar, 12 November 2025 — Dua mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris (PBI) Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) UIN Alauddin Makassar menjadi pembicara dalam program podcast “English Communities in Makassar” yang disiarkan oleh SmartFM Makassar pada Rabu malam, pukul 19.00 WITA. Podcast berdurasi satu jam tersebut mengangkat tema “Extra Mile”, yang menekankan pentingnya usaha lebih, komitmen, dan ketangguhan dalam pengembangan diri serta kontribusi sosial.
Dalam kesempatan tersebut, dua mahasiswa semester 1, yaitu Muh. Kenzzy Saputra Pati dan Ashabiqul Arham, berbagi pengalaman dan perspektif mereka mengenai proses persiapan hingga tantangan yang dihadapi selama podcast.
Muh. Kenzzy mengaku bahwa proses tampil di hadapan publik ini menjadi pengalaman yang penuh tekanan, terlebih karena adanya perubahan topik mendadak. Ia mengatakan, “Saya sebenarnya cukup grogi waktu tampil. Saya sudah mempersiapkan materi selama seminggu, tetapi perubahan mendadak dari topik membuat saya panik.” Meskipun demikian, ia tetap berusaha fokus dan menyesuaikan diri dengan kondisi. “Topik ‘extra mile’ sangat menarik karena mengajarkan kita untuk berani melampaui zona nyaman. Itu bukan hal mudah, tetapi justru yang membuat seseorang berbeda,” ujarnya.
Ia juga menyampaikan apresiasi kepada para senior yang mendampinginya. “Saya sangat bersyukur karena dibimbing oleh Kak Alya dan Kak Nana. Dukungan mereka sangat berarti bagi saya.”
Sementara itu, Ashabiqul Arham juga merasakan tekanan yang serupa. Baginya, tampil sebagai pembicara adalah pengalaman pertama yang penuh kegugupan. “Ini adalah pengalaman pertama saya berbicara di depan publik, dan saya sangat takut karena topik yang saya pelajari selama seminggu tiba-tiba diganti pada hari pelaksanaan,” ungkapnya.
Ia menambahkan bahwa perjalanan menuju lokasi pun penuh tantangan. “Saya datang ke lokasi dalam kondisi hujan deras dan dengan perasaan sangat cemas. Saat masuk ruangan, tangan dan kaki saya dingin karena gugup.”
Arham menjelaskan bahwa sesi awal podcast berjalan lancar, namun saat salah satu pertanyaan diberikan kepadanya, ia mengalami kesulitan menyampaikan jawabannya. “Pertanyaan awal berjalan lancar, tetapi ketika pertanyaan keempat muncul, saya benar-benar bingung dan tidak bisa menyampaikan jawaban dengan baik,” katanya.
Setelah podcast berakhir, ia merasa kurang puas dengan penampilannya. “Saya sangat sedih setelah podcast selesai karena merasa tidak tampil sesuai harapan. Saya bahkan hampir menangis karena merasa gagal.” Kendati demikian, dukungan para senior membuatnya kembali bersemangat. “Podcast ini membuat saya mengerti bahwa kegagalan bukan akhir. Justru dari kegagalan kita belajar untuk tumbuh dan menjadi pribadi yang lebih kuat.”
Partisipasi dua mahasiswa ini menunjukkan bahwa Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris tidak hanya berfokus pada pembelajaran di kelas, tetapi juga mendorong mahasiswa untuk mengembangkan kemampuan komunikasi, keberanian, dan profesionalitas melalui pengalaman langsung di ruang publik. Program studi berharap kesempatan seperti ini dapat menginspirasi mahasiswa lainnya untuk berani mengambil tantangan baru dan menerapkan nilai extra mile dalam setiap langkah pendidikan dan pengabdian mereka.
Penulis: Izzatul Jannah

